IKHTIOLOGI
IKAN MASKOKI
DISUSUN OLEH
:
HENNY
CHRISTIEN SITUMORANG
100302037 /
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan
hias air tawar merupakan komoditas perikanan air tawar yang saat ini banyak
menghasilkan devisa. Nilai ekspornya sangat besar dan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Setiap bulannya ada sekitar puluhan juta ekor ikan hias air
tawar diekspor ke mancanegara. Saat ini ada ratusan jenis ikan hias air tawar
dari berbagai pelosok dunia keluar masuk indonesia dan hampir 90%-nya merupakan
ikan tropis. Ikan-ikan tersebut merupakan ikan lokal maupun introduksi.
Indonesia memeang sangat beruntung karena memiliki iklim tropis sehingga ada
banyak jenis ikan hias yang dapat dibudidayakan
(Lesmana dan Dermawan, 2001).
Bisnis
ikan hias memang mampu memberikan jaminan keuntungan yang lebih dari cukup bagi
petani pengelolanya. Selain harganya yang cukup tinggi, siklus pemijahannya
relatif pendek (1-1 ½ bulan) sehingga dalam jangka waktu satu tahun dapat
dilakukan 8-10 kali pemijahan untuk sepanjang induk ikan. Meningkatnya
pemasaran komoditas ini tak lain karena banyak yang mulai menggemari usaha
memelihara ikan hias di akuarium untuk menghiasi ruangan maupun pada
kolam-kolam kecil di taman atau halaman rumah. Di tempat-tempat umum, seperti
hotel maupun rumah makan, ikan hias biasanya dipajang dalam akuarium yang telah
ditata sedemikian rupa sehingga mampu menambah semaraknya suasana dalam ruangan
(Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Usaha
ikan hias, terutama yang berorientasi ekspor, merupakan salah satu kegiatan
usaha perikanan yang cukup prospektif. Adanya kepastian pasar mancanegara
menjadi jaminan berlangsungnya usaha tersebut. Dalam usaha ini terdapat banyak
segmen mulai dari peternak sampai eceran. Agar semua segmen dapat saling
menguntungkan, sangat diharapkan pemerintah dapat mengatur tata niaga ikan hias
tersebut. Pemerintah harus merasa berkewajiban mendorong sektor usaha ini.
Apalagi saat ini pemerintah membutuhkan devisa untuk meneruskan pembangunan
(Nasution dan Supranoto, 2001).
Melalui
jenis, warna, ukuran serta bentuk tubuh, ikan hias ini memegang peranan yang
sangat penting untuk menambah kesegaran, keindahan dan kesejukan lingkungan. Membeli ikan hias tidak
terlalu sulit, karena banyak dijual di tempat umum seperti di pasar, toko
maupun pedagang eceran. Ikan hias dijual dengan harga yang sangat bervariasi,
mulai dari ratusan rupiah hingga ratusan ribu ruoiah tiap ekornya. Harga harga
ini sangat dipengaruhi oleh jenis, ukuran, bentuk maupun warna ikan hias.
Melihat prospek pemasaran ikan hias cukup cerah, maka banyak orang mulai
tertarik untuk usaha membudidayakan ikan hias. Sayangnya mereka sering
dihadapkan pada berbagai masalah karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki.
Atas dasar pemikiran ini, maka pada
kesempatan kali ini akan dibahas secara khusus cara membudidayakan ikan hias
maskoki. Juga dengan melihat kenyataan bahwa ikan maskoki (untuk selanjutnya
digunakan istilah maskoki saja) banyak digemari oleh masyarakat secara luas dan
harganya relatif terjangkau (Liviawaty da Afrianto, 1990).
BAB II
BIOGEOGRAFI IKAN MASKOKI
Mengenai
asal-usul maskoki sendiri ada pendapat yang menyatakan bahwa maskoki pertama
kali diternakam oleh masyarakat Cina antara tahun 960-1279 dengan nama latin Catassius auratus . Pada masa itu bentuk
maskoki tidak berbeda dengan ikan mas (Cyprinus
carpio) yang banyak diternakkan oleh petani ikan di negara kita.
Polpularitas maskoki mulai menanjak pada massa pemerintahan dinasti Ming
91368-1644), karena sejak saat itu mulai bermunculan maskoki dengan bentuk
tubuh yang unik dan banyak dijual ke negara lain, terutama di jepang. Di negara
matahri terbit inilah maskoki mengalami perkembambangan yang pesat sehingga
diperoleh bermacam-macam bentuk yang lebih bervariasi seperti yang terdapat
pada saat ini dan dari negara sakura ini pulla maskoki mulai tersebar ke
seluruh dunia, termasuk Indonesia
(Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Ikan ini sudah digunakan sebagai ikan hias sejak abad
ke-7. Ikan yang bersifat omnivora ini hidup baik pada suhu 19-28° C dengan suhu
optimal 24-28° C. Kisaran pH yang diinginkan antara 7,0-7,5. Sementara
kekerasannya sekitar 12°dH. Varietasnya berkembang menjadi sangat banyak akibat
silangan berbagai warna dan bentuk badan. Namun, hanya ada dua kelompok besar
maskoki, yaitu memiliki dua sirip ekor dan satu sirip ekor. Ikan bersirip ekor
dua buah pun masih bisa dibagi atas ikan bersirip punggung seperti koki
Spenser, rasket, mutiara, dan tossa serta ikan tidak bersirip punggung seperti
kumpai dan mata balon (http://hobiikan.blogspot.com).
Habitat Ikan Koki adalah air yang tergenang, aliran airnya lambat, dangkal ,
bersih dan biasanya berada didaerah sungai atau danau. Mas Koki dapat bertahan
hidup pada air ber pH 6-7 dengan suhu 27-300 C, kandungan oksigen terlarut ≥ 5
ppm. Banyak masyarakat beranggapan bahwa memelihara ikan hias sangat baik bagi
kesehatan. Sebagian besar mereka beranggapan bahwa bentuk, warna, sifat, dan
gerak-gerik tubuh ikan hias ketika berenang dikolam atau dalam akuarium yang
didekorasi dengan apik dapat menentramkan hati, menyembuhkan tekanan
darah tinggi
maupun stress yang disebabkan karena berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak masyarakat beranggapan bahwa memelihara ikan hias sangat baik bagi
kesehatan. Sebagian besar mereka beranggapan bahwa bentuk, warna, sifat, dan
gerak-gerik tubuh ikan hias ketika berenang dikolam atau dalam akuarium yang
didekorasi dengan apik dapat menentramkan hati, menyembuhkan tekanan darah tinggi maupun stress
yang disebabkan karena berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari (http://fauzan-mustopa.blogspot.com).
Maskoki merupakan salah satu ikan
yang hidup di air tawar. Perubahan suhu yang terjadi tiba-tiba terhadap
lingkungan maskoki dapat mempengaruhi kehidupan telur maupun maskokinterutama
yang masih berusia muda. Perubahan suhu yang lebih dari 50˚C yang terjadi
secara tiba-tiba dapat mematikan telur-telur maskoki, sedangkan perubahan suhu
melebihi 10˚C akan mengakibatkan kematian bagi anak-anak maskoki (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Kebutuhan
tingkat kesadahan air untuk maskoki diperkirakan rendah sampai sedang. Tidak ad
informasi yang akurat mengenai hal ini. Meskipun demikian, dari berbagai
laporan, diketahui kondisi kesadahan air yang ideal bagi maskoki berkisar
antara 17˚ hingga 22˚. Bagi mereka yang akan memelihara ikan maskoki
dengan menggunakan air alami, tidak ada salahnya diwaspadai pula kemungkinan
hadirnya berbagai bahan pencemar yang mungkin masuk dari
lingkungan sekitarnya seperti : phenol,, merkuri, minyak, cadmium dan juga
insektisida (http://www.o-fish.com).
BAB III
SISTEMATIKA IKAN MASKOKI
Ikan maskoki merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di perairan
dangkal yang airnya mengalir tenang. Berikut adalah sistematika ikan maskoki :
Kelas
: Osteichthyes
Sub Kelas :
Teleostei
Ordo
: Cypriniformes
Sub
ordo : Cyprinoidea
Famili
: Cyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies
: Carassius auratus
Saat ini ikan mas mempunyai banyak
ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya
interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan
yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun
ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1.
Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan
badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol;
gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara
2,3:1.
2.
Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan
dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek;
gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3.
Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan
relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa
bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4.
Ikan mas taiwan : sisik berwarna hijau
kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung membulat; mata
agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan
tinggi badan antara 3,5:1.
5.
Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk
penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau
kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail
Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail
shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi,
taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi. (http://www.suaramedia.com).
BAB IV
MORFOLOGI IKAN MASKOKI
Bentuk luar (morfologi) mas koki hampir menyerupai karper. Keduanya
sama-sama mempunyai sirip lengkap seperti sirip punggung, sirip dada, sirip
perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Selain itu juga mempunyai sisik yang
berderet rapi.Walau tampaknya mirip, ternyata mas koki dan karper itu berbeda.
Perbedaannya terletak pada bentuk badan, bentuk kepala, bentuk sisik, dan
bentuk mata.. Mata mas koki ada yang mempunyai balon.Sirip mas koki berfungsi
sebagai alat gerak. Sisik-sisiknya yang gelap mengandung sejenis kristal
guanine (C5H5N5O), yang terdapat di dalamnya. Jika tidak mengandung guanine, sisik
menjadi transparan (tidak berwarna), misalnya transparan pada mas koki ras
Calico dan Shubunkin.Mata mas koki memiliki iris mata yang tidak dapat membuka
dan menutup Ketika mencari makan, mas koki lebih mengandalkan penciuman
daripada penglihatan. Ikan betina dapat matang telur pada umur satu tahun
sedang pada yang jantan lebih muda lagi. Telurnya berukuran 0,7-1,5 mm dan
melekat pada benda lain di dalam air, misalnya rumput atau tanama air yang lain
(http://kuliah-ikan.blogspot.com)
Saat ini varietas koki menyusut, dari ratusan menjadi beberapa saja yang
dikenal dan digemari orang. Jenis-jenis itu sebagai berikut :
a. Lion Head
(Kepala Singa)
Koki jenis ini paling digandrungi hobiis dan harganya relative tinggi, tentu
saja yang kualitasnya memenuhi standar kontes. Koki ini memiliki tubuh gendut
dan pendek. Keindahan dan keunikannya terletak pada kepalanya yang berjambul
mirip kepala singa (lion head). Selain itu, ciri khas lainnya adalah
punggungnya yang bengkok dan tak bersirip. Sirip dada, perut dan ekor umumnya
pendek. Hanya varian lion head slayer yang memiliki sirip ekor panjang
menjuntai mirip selendang dengan warna kuning keemasan.
Gambar 1 : Lion
Head (http://www.google.co.id).
b. Pearl
Scale (Sisik Mutiara)
Selain lion head, pearl scale (terutama yang berjambul) juga banyak dicari
orang. Sisik mutiara memeang mempunyai dua jenis, yakni yang berjambul (mutiara
jambul) dan tidak berjambul (mutiara pingpong atau tikus). Koki ini memiliki
sisik benjol-benjol seperti mutiara (pearl), yang umumnya berwarna putih
kemerahan hingga kuning emas dengan warna dasar merah atau jingga. Sebenarnya,
banyak sekali ragam warnanya, tetapi yang paling langka adalah yang berwarna
hitam polos.
c. Tosa (Si
Ekor Rumbai)
Tosa paling mudah dijumpai di pasaran dan dikalangan pembudidaya. Strain ini
sering juga disebut kokitosa. Bentuk tubuhnya membundar dengan ciri khas sirip
punggung, sirip perut, dan sirip ekornya relative panjang. Bahkan jika
pemeliharaan dan pertumbuhannya baik, sirip ekor ikan ini bisa melebihi panjang
tubuhnya. Ketika berenang, ekornya yang panjang akan melambai-lambai mengikuti
arus air.
Gambar 3 : Tosa (http://www.google.co.id).
d. Spencer
(Oranda)
Koki ini sekilas
mirip dengan lion head. Jambul di kepalanya berwarna merah hingga jingga.
Diduga lion head merupakan perkembangan dari oranda. Yang membedakan kedua
jenis ini adalah adanya sirip punggung pad oranda. Sirip dada dan sirip ekornya
juga lebih panjang daripada sirip yang dimiliki lion head. Warna tubuh oranda
bermacam-macam. Bentuk tubuhnya pendek dan gemuk agak membulat, berkombinasi
dengan sirip-sirip yang panjang melambai-lambai.
e. Calico
(Kaliko)
Ciri utama kaliko adalah kombinasi warna yang beraneka ragam. Dari jenis koki,
kaliko adalah yang paling kaya akan warna. Uumnya, kombinasi warna tersebut
merupakan perpaduan antara warna hitam, putih, jingga, biru, dan merah.
Warna-warna terebut berpadu secara acak dan tidak beraturan. Semakin lengkap
dan serasi perpaduan warnanya, harganya juga akan semakin mahal.
Gambar 5: Calico
(http://www.google.co.id).
f. Bubble Eye
(Mata Balon)
Koki ini mempunyai keunikan berupa gelembung mirip balon yang menggantung
dibawah matanya. Gelembung ini akan bergoyang-goyang ketika koki berenang.
Bentuk fisik hamper sama denga koki lainnya, tubuhnya montok dengan sirip ekor
mekar bercabang empat.
Gambar 6 :
Bubble Eye (http://www.google.co.id).
g. Sukiyu
(Pompon)
Secara umum, bentuk koki ini sama dengan jenis lion head. Ciri yang
membedakannya adalah pada koki pompon terdapat jaringan seperti lumut
dihidungnya, menyerupai kumis. Warna koki pompon masih sama dengan yang lain
yaitu merah, putih, dan kaliko.
Gambar 7 : Sukiyu
(http://www.google.co.id).
h. Fan Tail
(Si Ekor Kipas)
Bentuk tubuh dan kepalanya memiliki kesamaan dengan koki tosa. Hanya, sirip
punggung dan ekornya lebih pendek. Sirip ekornya ini menyerupai kipas sehingga
disebut koki ekor kipas (Fan Tail).
Gambar 8 : Fun
Tile (http://www.google.co.id).
i. Tosakin
Jenis ini juga hamper menyerupai koki tosa. Keistimewaannya adalah warna
ekornya yang meriah menyerupai ekor burung merak
BAB V
KEBIASAAN MAKAN IKAN MASKOKI
Bagi setiap makhluk hidup, makanan mempunyai
peranan sangat penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh,
pertumbuhan dan perkembangbiakkan. Di negara-negara yang telah maju usaha
budidaya ikannya, makanan tidak hanya digunakan sebagai sumber energi saja tetapi
digunakan untuk menghasilkan warna-warna indah pada tubuh ikan sesuai yang
diinginkan (Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan energi tentunya akan berpengaruh pada kebutuhan
jumlah maupun kualitas pakan. Faktor berpengaruh tersebut antara lain tingkah
laku dan ukuran ikan. Ikan yang aktif memerlukan energi lebih banyak dibanding
ikan yang yang tidak aktif. Sementara ikan yang lebih kecil dan muda
membutuhkan energi yang lebih banyak dibanding ikan yang besar karena kecepatan
metabolismenya lebih tinggi. Makin tua dan makin besar ikan, kebutuhan
energinya makin berkurang
(Lesmana dan Dermawan, 2001).
Berdasarkan
macam makananya, ikan dapat dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu :
- Pemakan
tumbuh-tumbuhan (herbivora)
- Pemakandaging
(karnivora)
- Pemakan
segala (Omnivora)
- Pemakan
plankton
- Pemakan
detritus (Mujiman, 1998).
Hampir semua jenis makanan
disukai oleh maskoki. Secara alammi, anak-anak maskoki cenderung memanfaatkan
organisme hewan kecil sebagai makanannya. Setelah dewasa ia menyukai tanaman
air yang hidup dikolam, meskipun demikian maskoki dewasa tetap menyukai
organisme hewan. Jumlah makan (dosis) yang diberikan pada ikan dapat
mempengaruhi jumlah makan yang diserap oleh tubuh. Demikian pula halnya dengan
waktu pemberian makan
(Liviawaty dan Afrianto, 1990).
Pemberian
pakan harus cukup jumlah maipun kualitas . Biasanya induk diberi pakan khusus
seperti jentik nyamuk (cuk), cacing darah (bloodworm),
Udang maupun pelet. Dianjurkan induk tidak diberi
pakan cacing sutera karena kadar lemaknya tinggi yang dapat mengurangi mutu
atau kualitas telur pada beberapa jenis ikan (Mujiman, 1998).
Istilah
pelet digunakan untuk menyatakan bentuk makanan berupa potongan-potongan kecil
berbentuk pipa, jadi bukan berbentuk butiran atau tepung. Pelet mempunyai
ukuran diameter tertentu dan biasanya diberikan pada ikanyang sudah cukup
besar. Langkah pertama yang hsaarus ditempuh dalam membuat makanan berbentuk
pelet adalah menyusun komposisi makanan bersasarkan kadar protein yang diinginkan.
Untuk membantu mempermudah dalam penyusunan komposisi makanan, petani perlu
dilengkapi dengan pengetahuan mengenai kandungan protein dari beberapa jenis
makanan utama yang sering digunakan sebagai makanan ikan (Liviawaty dan
Afrianto, 1990).
Karbohidrat
merupakan sumber energi yang paling mudah diperoleh. Nmun, karena karbohidrat
dalam tubuh ikan sangat sedikit, hanya sejumlah kecil di hati dan oto, maka
kebutuhan karbohidratnya pun sedikit. Lain lagi dengan protein, ikan
membutuhkan protein dalam jumlah banyak karena dalam sistem metabolisme ikan
sangat efisien menggunakannya, terutama buangannya yang berupa bahan-bahan
nitrogen. Protein dapat berasal dari hewani maupun nabati. Namun, umumnya
protein hewani lebih mudah dicerna dibanding nabati. Sementara lemak merupakan
bentuk utamaq sumber energi yang dapat disimpan dalam tubuh ikan. Lemak ini
dapat dicerna dengan sangat baik oleh ikan. Lemak ini dapat dicerna dengan
sangat baik oleh ikan. Hanya saja, pemberian lemak dalam jumlah cukup dan
seimbang (Lesmana dan Dermawan, 2001).
Apabila
kita hanya mengandalkan makanan tambahan saja, kadang-kadang menimbulkan
masalah. Umpamanya saja kandungan gizinya rendah, sukar dicernakan, tidak
sesuai dengan selera ikan, tidak dapat disimpan lama, tidak tersedia setiap
saat diperlukaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, agar kita dapat menyediakan
makanan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, berkesinambungan, dan lagi
memenuhi syarat gizi, pencernaan, dan selera ikan, maka kita perlu menyediakan
makanan buatan. Yang dimaksud dengan makanan buatan adalah makanan yang kita
ramu dari beberapa macam bahan, kemudian kita olah menjadi bentuk khusus
sebagaimana yang kita kehendaki. Dengan meramu berbagai macam bahan, maka nilai
gizinya dapat kita atur. Demikian halnya dengan selera makn ikan dan
pencernaanya. Selain itu, makanan buatan dapat juga kita keringkan, sehingga
dapat kita simpan dalam jumlah yang banyak untuk beberapa waktu lamanya. Dengan
demikian kita tidak perlu lagi harus mencarinya setiap hari. Salah satu sifat
penting dari makanan buatan adalah bentuk butiran bahan bakunya. Dalam hal ini,
bentuk bahan makanan harus berupa tepung halus. Jadi bahan baku yang kita beli
dari pasar yang masih kasar, perlu kita haluskan lagi (Mujiman, 1998).
Maskoki
yang baru menetas tidak memerlukan pemberian makanan selama 4-5 hari, sebab ia
memiliki kantung kuning telur (yolk sac) yang merupakan cadangan makanan sebelum mampu mengkonsumsi makanan dari luar.
Setelah cadangan makanan tersebut habis, maskoki kecil tersebut mulai mencari
makanan disekelilingnya (Liviawaty dan Afrianto, 1990) .
Makanan
adalah sumber energi utama semua organisme hidup, termasuk ikan hias. Pada
sisten budidaya ikan hias tradisional, kualitas pakan tidak terlalu
diperhatikan. Sebagai besar masih mengandal pakan alami. Karena itulah,
perkembangan ikan hiasnya terhambat akibat pemberian pakan yang tidak
memperhatikan kualitas. Kualitas pakan yang buruk dapat menyebabkan ikan
kekurangan gizi, gerakannya menjadi lamban, dan pertumbuhannya terhambat.
Selain memperhatikan kualitas, pemberiam pakan harus tepat waktu, yakni ketika
ia sedang lapar. Menentukan jumlah pakan yang tepat harus melalui pengamatan
yang cermat. Mula-mula, pakan yang diberikan hanya sedikit. Jika sudah habis,
sementara ada ikan yang muncul ke permukaan untuk mencari pakan, berikan tambahan
pakan sampai ikan berhenti muncul. Hindari pakan yang mengandung senyawa
beracun akibat cara penyimpanan yang salah (berdekatan dengan pestisida),
busuk, tengik, atau berjamur. Ada tiga masalah yang mucuk akibat kesalahan
dalam pemberian pakan :
- Ikan
mogok makan
- Makanan
yang berlebihan
- Keracunan
makanan (Sitanggang, 2002).
BAB VII
REPRODUKSI IKAN
Perkawinan
merupakan salah satu ciri dari suatu makhluk hidup. Aktifitas ini dilakukan
untuk mempertahankan kelestarian golongannya. Keberhasilan suatu perkawinan
pada ikan sangat tergantung dari kondisi lingkungan di sekitarnya. Jika kondisi
lingkungan kurang menunjang, besar kemungkinan perkawinan tersebut akan
mengalami kegagalan. Menurut petani ikan, maskoki merupakan salah satu jenis
ikan hias yang mudah dikawinkan. Cukup dengan menyediakan induk matang kelamin
dan kondisi lingkungan kolam yang menunjang, maka besar kemungkinan perkawinan
maskoki akan berlangsung dengan baik. Tentu saja peranan manusia benar-benar
sangat diperlukan dalam mengawinkan maskoki di kolam (Liviawati dan Afrianto,
1990)
Wadah untuk
memijahkan induk sangat tergantung pada jenis dan sifat ikan. Ikan yang memijah
dalam pasangan tentunya hanya memerlukan wadah berukuran kecil. Untuk ikan yang
memijah secara masal, sebaiknya wadahnya cukup luas. Pemijahan buatan dilakukan
dengan cara menyuntikkan hormon. Ikan yang akan disuntikkan hormon sebaiknya
dibius agar tidak berontak. Kalau tidak dibius ikan dapat dipegang dengan
handuk atau lap halus dan matanya ditutup kain hingga tenang. Lalu, lakukan
penyuntikan hormon. Pemeliharaan induk jantan maupun betina perlu diperhatikan (Lesmana
dan Dermawan, 2001).
Keberhasilan
perkawinan dan hasil yang didapat sangat dipengaruhi oleh kondisi induknya. Dengan
demikian pemilihan induk maskoki yang memenuhi syarat adalah sangat penting.
Adapun syarat-syarat induk maskoki yang baik untuk dijadikan induk adalah :
·
Umurnya telah cukup dewasa dan matang kelamin
·
Sehat dan tidak mengalami stress
·
Tubuhnya tidak luka
·
Tidak sedang terserang penyakit atau parasit
·
Tubuhnya normal dan tidak cacat
Di kalangan petani ikan hias,
umur induk maskoki yang dinyatakan dewasa masih simpang siur, tetapi
berdasarkan pengalaman, maskoki yang telah mencapai usia 7 bulan sudah cukup dewasa
untuk dikawinkan. Namun, para pakar perikanan menganjurkan agar menggunakan
induk jantan yang telah mencapai usia 2 tahun, sedangkan induk betina telah
mencapai usia 2 – 3 tahun (Liviawati dan Afrianto, 1990).
Larva yang baru menetas sangat peka terhadap lingkungan
seperti suhu, sinar matahari, kualitas air. Untuk itu, sebaiknya larva
diperlakukan secara hati-hati, terutama saat mengganti air. Penggantian air ini
dilakukan setelah larva mulai berenang. Jumlah air yang diganti tidak lebih
dari separoh. Terutama bila menggunakan obat antijamur saat penetasan, airnya
harus secepat mungkin dihilangkan dengan cara setiap hari diganti. Kualitas air
ini harus terjaga, terutama suhunya antara 26 – 290 C yang umum
untuk ikan-ikan tropis
(Lesmana dan Dermawan, 2001).
lkan mas koki jantan yang matang gonad
ditandai dengan munculnya tubercles atau bintil-bintil di daerah tutup insangnya atau pada
pangkal sirip dadanya. Kalau diraba di daerah tersebut terasa kasar seperti ada
butiran kecil menempel; sedangkan mas koki betina yang matang gonad ditandai
dengan perutnya yang gendut penuh dengan telur, dan terasa lunak (Andrews,
1987; Axelrod dan Burgess, 1973; dan Paradise, 1988). Untuk lebih meyakinkan
maka induk dan pejantan terpilih ditangkap kemudian perutnya diurut dengan
jari. Pejantan yang matang
gonad akan keluar cairan putih berisi sperma dari saluran urogenetalisnya, dan
yang betina akan mengeluarkan sedikit butiran telur berwarna kekuningan
(Paradise, 1988). Teknik pemijahan ikan mas koki menurut Paradise (1988) dapat
dilakukan dengan dua metode, yaitu metode alamiah dan inseminasi buatan. Metode
alamiah dapat dilakukan dengan menggunakan akuarium maupun di kolam (www.ksaundipmultiply.com).
BAB VII
PENUTUP
Dalam
meningkatkan keberhasilan usaha budidaya maskoki, sangat perlu memberikan
beberapa petunjuk yang sangat berguna terutama bagi pemula. Umumnya kegagalan
usaha budidaya maskoki disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai
prinsip-prinsip dasar budidaya. Oleh karena itu bagi konsumen yang berminat
membudidayakan maskoki dianjurkan untuk memperhatikan langkah-langkah berikut
ini :
1. Tidak memelihara sejumlah
besar maskoki dalam bak yang kecil karena suplai oksigennya tidak mencukupi.
2. Tidak memberi makan secara
berlebihan karena akan menurunkan kualitas air terutama bila menggunakan
makanan buatan.
3. Tidak memelihara maskoki
selamanya di dalam ruangan tertutup, dianjurkan meletakkan aquarium
sekali-sekali di tempat terbuka.
4. Tidak melakukan pergantian air
terlalu sering karena akan mengakibatkan maskoki menjadi lemah.
5. Tidak lupa memberikan
desinfektan pada kolam yang digunakan untuk mencegah penyakit atau parasit.
6. Tidak memelihara ikan buas
dalam satu wadah dengan maskoki karena akan mengganggu ketenangan dan
kehidupannya.
7. Menghindari benda-benda tajam
dalam wadah maskoki.